PERMASALAHAN EKONOMI DI INDONESIA TERHADAP COVID-19
KELOMPOK 3 LKTD HIMA MANAJEMEN - Permasalahan
perekonomian nasional dampak dari menyebarnya wabah COVID-19 ini perlu
benar-benar diatasi dengan penuh ketelitian dan perlu melibatkan berbagai
kalangan masyarakat. Hal serupa juga terjadi di negara-negara lain. Pemerintah
sudah melakukan segala upaya-upaya yang on the track secara
konsepsional, walaupan masih terjadi kekurangan dan kekeliruan secara teknis.
Kita juga melihat bahwa partisipasi masyarakat sudah baik dalam mengikuti
imbauan pemerintah untuk jaga jarak, memakai masker, mencuci tangan dan bekerja/belajar
dari rumah. Pandemi ini sangat menimbulkan masalah sosial di tengah masyakarat,
terutama pada usaha kecil menengah atau sektor informal yang menjadi salah satu
sandaran bagi perekonomian di Indonesia.
Kebijakan pemerintah dalam mencegah
penyebaran pandemi juga membatasi interaksi fisik sesama masyarakat, sehingga
semua aktifitas ekonomi secara formal menjadi tidak teratur. Terkecuali mereka
yang bisa melakukan jual-beli secara daring, itu tidak akan mempengaruhi
interaksi dengan masyarakat. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan bahwa
Indonesia cukup tertanam keras dengan menyebarnya virus corona tersebut. Beliau
mengatakan virus ini juga mengganggu Kesehatan ekonomi di seluruh dunia.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia turun ke 2,3% bahkan bisa mencapai negative 0,4%.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena kondisi pandemik sekarang ini menurunkannya
konsumsi rumah tangga yang diperkirakan 3,2% hingga 1,2%. Lebih dari itu,
investasi juga akan turun derastis. Awalnya, pemerintah optimis bahwa investasi
akan tumbuh enam persen. Karna adanya pandemic seperti sekarang ini di prediksi
investasi akan turun sangat derastis. Oleh karena itu, di dalam penanganan dampak
COVID-19 ini pemerintah melihat konsumsi masyarakat akan turun secara drastis.
Padahal, konsumsi masyarakat memiliki konstribusi besar terhadap perekonomian
negara, yaitu hamper 59%.
Perlu kita ketahui
bahwa, semenjak adanya pandemi ini banyak orang yang kehilangan pekerjaanya
banyak dari perusahan yang melakukan PHK masal yang mebuat karyawan tidak
mempunya pekerjaan yang semestinya demi mencegah dan mengurangi kerugian di
karenakan pandemi ini. Kondisi
semacam ini akan semakin memperparah kesejahteraan-kesejahteraan masyarakat
jika tidak ada langkah yang tepat dan bijak dari pemerintah.
UMKM
memiliki kapasistas yang kuat bagi sebuah perekonomian negara, karena UMKM
mampu bertahan di tengah kondisi yang tidak menguntungkan, seperti krisis ekonomi.
Dengan meningkatkan kreativitas masyarakat di dalamnya, dapat menciptakan
produk yang unik dan kusus sehingga tidak bersaing dengan produk dari usaha
besar lainnya. Agar tidak rugi banyak, terpaksa para pengusaha UMKM merumahkan
sebagian karyawannya. Padahal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki
peranan penting bagi perekonomian negara, tidak terkecuali bagi negara
Indonesia. Indonesia yang merupakan negara berkembang sudah seharusnya
menjadikan UMKM sebagai sarana untuk memiliki kinerja yang baik dalam aspek
ekonomi seperti memiliki produktivitas tinggi dan mampu hidup di tengah usaha
besar lainnya. Peranan UMKM juga ditandai dengan kemampuannya dalam menopang
usaha besar sebagai penyedia bahan mentah dan bahan-bahan pendukung lainnya. UMKM
bagi usaha besar juga dapat difungsikan sebagai distributor produk ke konsumen.
Bukan cuma UMKM saja yang merasa
dirugikan karena dampak dari pandemi ini, para pekerja harian juga sangat
dirugikan, mereka sulit mendapatkan penghasilan dan susah untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pekerja harian seperti pedagang asongan, ojek online, pedagang
kaki lima, dan banyak pekerja lainnya yang biasa memenuhi hidup dari
penghasilan harian. Contohnya seperti para pedagang keliling yang biasa
berjualan setiap hari, karna adanya kebijakan lockdown mereka tidak bisa
berjualan.
Dampak COVID-19 pada sektor pariwisata
juga tidak luput dari ancaman. Data yang dihimpun dari Badan Pusat Statistik
menjelaskan bahwa tahun 2019 WNA China yang datang ke Indonesia menyentuh angka
2.07 juta WNA atau sebesar 12.8% dari jumlah keseluruhan wisatawan asing
sepanjang 2019. Pandemi COVID-19 mengakibatkan wisatawan yang datang ke
Indonesia menjadi turun. Sektor-sektor pendukung pariwisata yaitu restoran,
hotel hingga pengusaha retail juga terdampak akibat pandemi COVID-19.
Keuntungan hotel mengalami penurunan hingga 40% sehingga berdampak pada
operasional hotel dan mengancam kelangsungan bisnisnya. Turunnya pengunjung
asing juga berpengaruh terhadap pendapatan rumah makan atau restoran yang
pelanggannya lebih dominan adalah para pengunjung dari luar negeri. Lemahnya
pertumbuhan pariwisata juga berdampak pada industri retail. Adapun daerah yang
sektor retailnya paling terdampak adalah Jakarta, Medan, Bangka Belitung,
Kepulauan Riau, Manado dan Bali.
Melihat masalah seperti itu pada
perekonomian masyarakat, pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu New
Normal. Kebijakan ini hanya boleh dilakukan didaerah yang tingkat penyebaran
virus COVID-19 nya tidak terlalu tinggi, bukan zona merah ataupun hitam. New
Normal dilakukan untuk masyarakat yang benar-benar tidak bisa bekerja akibat
adanya kebijakan lockdown selama berbulan-bulan. Dengan new normal artinya
kegiatan dilakukan seperti biasa tetapi harus menggunakan protokol kesehatan
yang sudah di anjurkan. Pemerintah juga memberikan bantuan kepada masyarakat
yang kurang mampu, atau pengangguran pada saat pandemi COVID-19.
Seiring berkembangnya kasus pandemi
COVID-19, pasar lebih berfluktuasi ke arah yang negatif. Tidak hanya itu saja,
lambatnya kegiatan ekspor Indonesia ke China juga memiliki dampak yang
signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Lambatnya ekonomi global saat ini
sangat berdampak terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Hal tersebut
dapat dilihat pada analisis sensitivitas terhadap perekonomian Indonesia.
Berdasarkan analisis sensitivitas ditemukan bahwa ketika terjadi pelambatan 1 %
pada ekonomi China, maka akan mempengaruhi dan memiliki dampak pada laju
pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu sebesar -0,09 %. Sejalan juga dengan
analisis sensitivitas lanjutan dimana, setiap 1 % perlambatan ekonomi Uni Eropa
akan memiliki dampak pada laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia yaitu sebesar
-0,07 %, India (-0,02 %), Jepang (-0,05 %) dan Amerika Serikat (-0,06 %).
Gambaran yang sama juga terjadi pada sebagian besar komoditas, yaitu setiap
terjadi penurunan 10 % harga minyak sawit mentah (CPO) akan memiliki dampak
terhadap ekonomi Indonesia sebesar 0,08 %, minyak positif yaitu 0,02 %, dan
batu bara adalah sebesar -0,07 %.
Pada saat ini, banyak orang menjadi
pengangguran karena diberhentikan bekerjanya, hal ini membuat mereka bagimana
caranya untuk untuk tetap menghasilkan uang. Banyak dampak ekonomi dari ada nya
kasus pandemi covid-19, masyarakat jadi susah untuk memenuhi kebutuhan hidup
mulai dari kebutuhan sandang, pangan hingga papan. Hal ini terjadi akibat
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus COVID-19
di Indonesia. Jika sistem perekonomian masyarakat di Indonesia tidak diperbaiki
secara cepat dan tepat, maka akan beresiko akan mencapai kerugian yang semakin
besar dan kemiskinan semaking meningkat. Ada beberapa dampak yang jadi masalah
serius akibat pandemi COVID-19 yaitu Kelangkaan Barang, melemahnya sektor
pariwisata, dan juga angka kemiskinan dan pengangguran meningkat. Sebenarnya
tidak harus perekonomiannya saja yang diperhatikan tetapi juga harus
memperhatikan nyawa manusia dan kesehatan.
Sumber foto dalam artikel ini : Klik Disisni
0 Response to "PERMASALAHAN EKONOMI DI INDONESIA TERHADAP COVID-19"
Post a Comment